ZAT ADITIF PADA MAKANAN
ZAT PENGAWET & ANTIOKSIDAN
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Zat pengawet merupakan zat antimikroba yang sengaja ditambahkan pada bahan makanan agar makanan tidak cepat rusak atau menjadi busuk sawaktu didistribusikan dan disimpan dalam waktu yang cukup lama. Bahan pengawet alami yang telah lama digunakan oleh masyarakat adalah gula, garam dapur, asam jawa dan larutan asam cuka.
Berbagai
minuman sari buah, minuman berkarbonat dan makanan dalam kemasan kaleng atau
plastik menggunakan asam benzoat atau natrium benzoat sebagai bahan pengawet.
Asam benzoat secara alami terkandung di dalam cengkeh dan kayu manis.
Senyawa
nitrit dan nitrat digunakan untuk mencegah tumbuhnya bakteri pada produk
daging olahan, sedangkan sulfur dioksida digunakan untuk mengawetkan
buah-buahan kering.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
ANTIOKSIDAN
termasuk bahan pengawet yang digunakan untuk mencegah oksidasi bahan makanan
baik oleh udara maupun mikroorganisme. Antioksidan juga dapat mencegah bau
tengik pada makanan yang mengandung lemak dan minyak, misalnya kornet,
mentega dan minyak goreng. Beberapa zat antioksidan yang digunakan dalam
makanan kemasan diantaranya adalah: butil hidroksianisol (BHA), butil
hidroksitoluen (BHT), propilgalat (PG), asam sitrat, asam etanoat, asam
askorbat (vitamin C) dan tokoferol (vitamin E).
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
ZAT PEWARNA
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Zat
pewarna alami yang biasa digunakan adalah:
Zat
pewarna buatan saat ini telah tersedia, namun harus hati-hati dalam
penggunaannya. Contoh zat pewarna diantaranya adalah:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
ZAT PEMANIS
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Sesuai
dengan namanya, zat pemanis ditambahkan ke dalam bahan makanan untuk
memberikan rasa manis. Selain itu, pemanis juga berfungsi sebagai sumber
energi atau penghasil kalori bagi tubuh kita. Dulu orang menambahkan gula
(sukrosa) yang terbuat dari tebu atau bit, aren, kelapa, madu dan buah-buahan
pada bahan makanannya agar terasa manis.
Beberapa
contoh pemanis buatan, misalnya sakarin, siklamat, aspartam, asesulfam,
dihidrokalkon, flavonoid neohesperidin dan sorbitol. Aspartam dan sorbitol
banyak digunakan pada produk makanan untuk penderita diabetes. Penggunaan
sakarin dan siklamat saat ini telah dilarang karena diketahui sebagai
penyebab kanker.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
ZAT PENYEDAP
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Zat penyedap ditambahkan pada
makanan bertujuan untuk meningkatkan cita rasa makanan dan menekan rasa yang
tidak diinginkan dalam makanan, misalnya rasa bawang yang tajam, rasa sayuran
mentah dan rasa pahit dalam sayuran kaleng.
Bahan penyedap alami yang umum digunakan masyarakat Indonesia adalah bawang
putih, bawang bombay, biji pala, merica, ketumbar, sereh, daun pandan, daun
salam, terasi, garam dapur dan gula yang dicampur dengan komposisi tertentu,
cuka dan asam jawa yang dapat menyebabkan rasa makanan menjadi asam segar.
Penyedap sintetik yang digunakan secara luas di rumah tangga adalah
Monosodium Glutamat (MSG) atau yang lebih dikenal dengan vetsin atau micin.
MSG merupakan garam natrium dari asam glutamat yang secara alami terdapat
dalam protein nabati atau hewani, seperti daging, susu, ikan, gandum, jagung
dan kacang-kacangan. MSG dapat meningkatkan cita rasa komponen-komponen lain
yang terkandung dalam bahan makanan. Sifat yang demikian disebut dengan taste
enhancer ( penegas rasa).
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
ZAT PEMBERI AROMA
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Zat
pemberi aroma ditambahkan ke dalam makanan bertujuan untuk memberikan aroma
yang khas, misalnya aroma buah-buahan. Beberapa zat pemberi aroma
diantaranya, yaitu:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PENGAWET
Adalah bahan yang dapat mencegah
atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh
mikroorganisme.
a)
Pengawet Alami
Bahan pengawet alami yang sering
digunakan adalah garam, cuka, biji kepayang, dan gula. Gula (sukrosa) yang
dapat dipakai untuk mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang
dapat digunakan untuk mengawetkan ikan. Metode pengawetan menggunakan garam
dapur (NaCl) telah dilakukan masyarakat luas selama bertahun-tahun. Larutan
garam yang masuk ke dalam jaringan diyakini mampu menghambat pertumbuhan
aktivitas bakteri penyebab busuk, sehingga makanan tersebut jadi lebih awet.
Pengawetan dengan garam ini memungkinkan daya simpan yang lebih lama dibanding
dengan produk segarnya yang hanya bisa bertahan beberapa hari atau jam saja.
b)
Pengawet Buatan
Zat pengawet sintetis, contohnya:
asam cuka, sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau kalsium propionat
dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium benzoat, asam
sitrat, dan asam tartrat dipakai untuk mengawetkan makanan. natrium nitrat atau
sendawa (NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah.
Asam fosfat biasa ditambahkan pada beberapa minuman penyegar . Pengawet yang
tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan makanan, di antaranya formalin
dipakai untuk mengawetkan benda-benda, seperti mayat atau binatang yang sudah
mati. Pemakaian pengawet formalin untuk mengawetkan makanan, seperti bakso,
ikan asin, tahu, dan makanan jenis lainnya dapat menimbulkan risiko kesehatan.
Pengawet boraks bersifat desinfektan atau efektif dalam menghambat pertumbuhan
mikroba penyebab membusuknya makanan serta dapat memperbaiki tekstur makanan
sehingga lebih kenyal. Boraks hanya boleh dipergunakan untuk industri
nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri kertas, pengawet kayu, dan
keramik.
Jika boraks termakan dalam kadar
tertentu, dapat menimbulkan sejumlah efek samping bagi kesehatan, di antaranya:
a) gangguan pada
sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit.
b) pendarahan di
lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat.
c) terjadinya
komplikasi pada otak dan hati
d) menyebabkan
kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6 gram.
Hal ini telah mendorong perkembangan
ilmu dan teknologi pengawetan makanan dan minuman tanpa penambahan zat-zat
kimia, misalnya dengan menggunakan sinar ultra violet (UV), ozon, atau
pemanasan pada suhu yang sangat tinggi dalam waktu singkat sehingga makanan
dapat disterilkan tanpa merusak kualitas makanan.
Beberapa Jenis Pengawet
1) Kalsium
Benzoat, Bahan pengawet ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil
toksin (racun), bakteri spora, dan bakteri bukan pembusuk.
2) Sulfur
Dioksida (SO2), Bahan pengawet ini juga banyak ditambahkan pada sari buah, buah
kering, kacang kering, sirop, dan acar.
3) Kalium
Nitrit, Kalium nitrit berwarna putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam
air. Bahan ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam
waktu yang singkat.
4) Kalsium
Propionat/Natrium Propionat dan Natrium Metasulfat, Ketiganya termasuk dalam
golongan asam propionat, sering digunakan untuk mencegah tumbuhnya jamur atau
kapang. Bahan pengawet ini biasanya digunakan untuk produk roti dan tepung.
5) Asam
Sorbat, Beberapa produk beraroma jeruk, berbahan keju, salad, buah, dan produk
minuman kerap ditambahkan asam sorbat.
6) Asam
benzoat, natrium benzoat dan kalium benzoat, untuk minuman ringan, kecap, acar
ketimun dalam botol dan saos.
7)
Natrium nitrat (NaNo3), untuk daging olahan dan keju.
8) Anti
oksidan, untuk mencegah atau menghambat oksidasi.
9) Asam
askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium), digunakan pada daging
olahan, kaldu, dan buah kalengan.
10) Butil hidroksianisol
(BHA), digunakan untuk lemak dan minyak makanan.
12) Pengemulsi, pemantap, dan
pengental, untuk membantu pembentukan atau pemantapan sistem dispersi yang homogen pada makanan.
Contoh: agar-agar, gelatin, dan gom arab.
13) Pemutih dan pematang
tepung, untuk mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga
dapat memperbaiki mutu pemanggangan. Contoh: Asam askorbat, aseton peroksida,
dan kalium bromat.
14) Pengatur keasaman, untuk
mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh:
asam asetat, aluminium amonium sulfat, amonium bikarbonat, asam klorida, asam
laktat, asam sitrat, asam tentrat, dan natrium bikarbonat.
15) Anti kempal, untuk
mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk. Contoh: aluminium silikat
(susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja).
16) Pengeras, untuk
memperkeras atau mencegah melunaknya makanan. Contoh: aluminium amonium sulfat
(pada acar ketimun botol), dan kalium glukonat (pada buah kalangan).
17) Sekuestran, untuk mengikat
ion logam yang ada dalam makanan. Contoh:
asam fosfat (pada lemak dan minyak makan), kalium sitrat (dalam es krim),
kalsium dinatrium EDTA dan dinatrium EDTA.
18) Penambah gizi, untuk memperbaiki gizi makanan. Contohnya: Asam askorbat, feri
fosfat, vitamin A, dan vitamin D.
Pengawet yang Dibolehkan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 722/88, ada 26 jenis pengawet yang diizinkan
penggunaannya pada makanan dan minuman, yaitu:
- Asam Benzoat.
- Asam Propionat.
- Asam Sorbat.
- Belerang Dioksida.
- Etil p-Hidroksi Benzoat.
- Kalium Benzoat.
- Kalium Bisulfit.
- Kalium Meta Bisulfit.
- Kalkum Nitrat.
- Kalium Nitril.
- Kalium Propionat.
- Kalium Sorbat.
- Kalium Sulfit.
- Kalsium Benzoit.
- Kalsium Propionat.
- Kalsium Sorba.
- Natrium Benzoat.
- Metil-p-hidroksi Benzoit.
- Natrium Bisulfit.
- Natrium Metabisulfit.
- Natrium Nitrat.
- Natrium Nitrit.
- Natrium PPropionat.
- Natrium Sulfit.
- Nisin.
- Propil-p-hidroksi-benzoit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar